Selasa, 12 Desember 2017

Makalah Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam


PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Disusun Untuk Memenuhi Salah SatuTugas
Mata Kuliah  :  Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pembimbing : Supriadi, M.Pd.I








Disusun Oleh :
Kuyen
16.42.017765



UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PALANGKARAYA
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TAHUN AKADEMIK 2017/2018









 
KATA PENGANTAR

     Assalamualaikum Wr. Wb
   
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam” ini dengan baik.
Terimakasih saya ucapkan kepada Bapak Supriadi, M.Pd.I dosen mata  kuliah Ilmu Pendidikan Islam, yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau mungkin, saya tidak akan dapat menyelesaikan tugas ini sesuai dengan format yang telah di tentukan.
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk kedepannya.
Akhir kata, saya ucapkan terimakasih kepada para pembaca yang sudakenan membaca makalah ini dengan tulus ikhlas. Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi saya sendiri dan para pembaca. Amin ..

     Wassalamualaikum Wr.Wb




                                                                      Palangkaraya,23 November  2017




                                                                                                                         Penulis




i









DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR........................................................................        i
DAFTAR  ISI........................................................................................        ii

BAB  I  PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang.........................................................................        1
B.        Rumusan Masalah.....................................................................        2
C.        Tujuan Penulisan.......................................................................        2

     BAB  II  PEMBAHASAN                  
A.          Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam ...................................        3
B.           Teori Tentang Pendidikan Dan Peserta Didik Dalam
         Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam....................................        5
C.        Kebutuhan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam.................        8
D.       Karakteristik peserta Didik Dalam Pendidikan Islam..............        9


BAB  III   SIMPULAN
A.          Simpulan...................................................................................        12
B.            Saran........................................................................................        12

DAFTAR PUSTAKA



ii







BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
     Pendidik dan peserta didik merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan Islam. Kedua komponen ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.
     Demikian pula peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi pada saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya, sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya.
     Pendidikan merupakan bimbingan dan pertolongan secara sadar yang diberikan oleh pendidik kepada peserta didik sesuai dengan perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah kedewasaan. Peserta didik di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama peserta didik.
Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
   Artinya :
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S Ar-Rum : 30)
    Dilihat dari segi kedudukannya, peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisiten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya.Dengan demikian, maka agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan fitrah anak didik.
B.       Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan peserta didik dalam pendidikan Islam ?
2.         Bagaimana Teori tentang pendidikan dan peserta didik dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam ?
3.         Apa kebutuhan peserta didik dalam pendidikan Islam ?
4.         Bagaimana karakteristik peserta didik dalam pendidikan Islam ?

C.      Tujuan Penulisan
1.         Untuk mengatahui peserta didik dalam pendidikan Islam
2.         Untuk mengatahui Teori tentang pendidikan dan peserta didik dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam
3.         Untuk mengatahui kebutuhan peseta didik dalam pendidikan Islam
4.         Untuk mengatahui karakteristik peserta didik dalam pendidikan Islam









BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Peserta Didik dalam Pendidikan Islam
1.         Pengertian Peserta Didik
Dalam konteks pendidikan, kita menemukan beberapa istilah yang dipakai dalam penyebutan anak didik, diantaranya adalah murid, peserta didik, dan anak didik. Semua istilah tersebut mempunyai implikasi yang berbeda. Murid merupakan bentuk isim  fail dari kata arada-yuridu-iradatan-muridun,yang berarti orang  yang menginginkan. Istilah  murid ini juga mengandung arti kesungguhan dalam belajar, memuliakan guru. Dalam konsep murid ini pula terkandung keyakinan bahwa mengajar dan belajar itu wajib.
Ahmad Tafsir (2006) sangat yakin sekali jika istilah murid, ini tetap dipakai, diresapi, dan diamalkan oleh  guru dan murid maka pendidikan akan lebih cepat dan tepat menghasilkan lulusan yang menjadi manusia.
Sebutan atau istilah murid ini masih bersifat umum, sama umumnya dengan sebutan anak didik dan peserta didik. Akan tetapi, kelihatanya istilah murid ini khas pengaruh agama Islam. Dalam Islam sebutan ini diperkenalkan oleh para Sufi. Dalam konsep tasawuf, murid  ini mengandung pengertian orang yang sedang belajar, menyucikan diri, dan sedang berjalan menuju Tuhan  (Allah). Hal yang paling menonjol dalam istilah itu adalah keputusan murid kepada guru [ muryid] nya (Tafsir, 2006 : 165) s
Sementara sebutan anak didik mengandung arti bahwa guru menyayangi murid seperti anaknya sendiri. Faktor kasih sayang guru terhadap anak didik dianggap salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
Sebutan yang selanjurnya adalah peserta didik, yakni sebutan yang paling mutakhir. Istilah ni menekankan pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran [1]
Jadi,  kesimpulannya  bahwa peserta didik itu merupakan bentuk dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus sedapat  mungkin memahami anak didik, sebab kesalahan dalam memahami hakikat anak didik akan mengakibatkan  kesalah yang fatal.
2.         Pengertian Pendidik dalam  Pendidikan Islam
Dalam undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 7 dan 8 istilah Guru atau Pendidikan dengan tenaga kependidikan dan tenaga pendidik. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik.
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah seseorang yang memikul pertanggung  jawaban untuk mendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan si terdidik. Secara singkat Ahmad Tafsir mengatakan pendidikan dalam Islam sama dengan teori Barat, yaitu siapa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
Dari segi bahasa, pendidikan, sebagaimana dijelaskan oleh WJS. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Yang berarti bahwa mendidik. Yang berarti bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik.[2]
Pendidikan dalam penyelanggaraan pendidikan Islam ada hakikatnya adalah mereka yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab mendidik tidak hanya dibatasi pada terjadinya interaksi pendidikan dan pembelajaran antara guru dan peserta didik dimuka kelas, tetapi mengajak, mendorong dan membimbing orang lain untuk memahami dan melaksanakan ajaran Islam merupakan bagian dari aktivitas pendidikan Islam. Oleh karena itu aktivitas pendidikan agama Islam dapat berlangsung kapan dan dimana saja, bahkan oleh siapa saja sepanjang yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat baik dilihat dari prinsip-prinsip pendidikan dan pembelajaran maupun ajaran agama Islam.[3]

          Jadi, Pengertikan Pendidikan dalam Pendidikan Islam dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan dan menurut para ahli bahwa pendidikan  itu harus bertanggung jawab dalam hal mendidik terutama bagi seorang Guru  dalam hal melakukan kegiatan dalam memberikan pengatahuan, keterampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya kepada peserta didiknya.
         
B.       Teori Tentang Pendidikan dan Peserta Didik Dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam
        Dalam Peseta didik adalah  semua orang yang melibatkan diri dalam kegiatan diri dalam kegiatan pendidikan atau dilibatkan secara langsung, yaitu semua masyarakat yang mengikuti kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan formal dan informal.[4]
        Perkembangan anak memerlukan bimbingan orang tuanya dengan melakukan hal-hal penting di bawah ini :
1.         Memberi teladan yang baik;
2.         Membiasakan anak bersifat baik;
3.         Menyajikan cerita-cerita yang baik;
4.         Menerangkang segala hal yang baik;
5.         Membina daya kreatif anak;
6.         Mengontrol, membimbina, dan mengawasi perilaku anak dengan baik; dan
7.         Memberikan sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik, jika hal ini perlukan, sebagaimana Rasulullah Saw. Mengatakan bahwa jika anak telah berumur tujuh tahun, pemerintahan mereka untuk mendirikan shalat,. Jika meninggalkan shalat, berilah sanksi   ( pukul pantatnya  ).[5]
Dalam pengembangan ilmu pendidikan Islam dikaitkan dengan peserta didik, perlu diperhatikan aspek-aspek yang penting dikembangkan dari peserta didik, yaitu sebagai berikut :
1.         Aspek paedagogis, yaitu manfaat pendidikan bagi manusia dalam memerlukan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan yang berjenjang harus terus dikembangkan kualitasnya;
2.         Aspek sosialogi, yaitu manfaat pendidikan bagi manusia dalam pergaulan dengan sesama manusia;
3.         Aspek filosifi, yaitu mengembangkan cara berpikir anak didik yang diperkaya oleh kematangan dan teknik berpikir yang radikal, logis, kritis dan sistematis, juga kontermplatif;
4.         Aspek kultural, yaitu mengembangkan ilmu  pendidikan Islam yang diterapkan kepada peserta didik guna membangkitkan kreativitas daya cipta dan karyanya dalam ilmu pengatahuan yang bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat.
5.         Aspek religiusitas, yaitu mengembangkan ilmu pengatahuan Islam yang  menguatkan keberagaman, keyakinan atau keimanan peserta didik sehingga tujuan pendidikan Islam untuk membangun manusia yang beriman dan bertakwa serta berkepribadian luhur dapat dipercaya secara optimal;
6.         Aspek pertumbuhan anak, yaitu mengembangkan ilmu pendidikan Islam berkaitan dengan pertumbuhan anak yang berdasarkan kepada biologis anak, psikologis, dan didaktiskanya. Pertumbuhan anak secara biologis melalui lima fase, yaitu :
a.         Masa embrio/ dalam Rahim Ibu;
b.        Masa kanak-kanak;
c.         Masa kuat/ yang telah memiliki kekuatan jasmani dan rohaninya;
d.        Masa tua; dan
e.         Masa meninggal dunia.[6]
Pertumbuhan peserta didik dilihat secara didaktis telah telah diatus oleh pendidikan yang bersifat jalur, jenjang, dan jenis pendidikanya . sebagaimana yang kita perhatikan dalam kehidupan pendidikan masyarakat, yaitu sebagai berikut :
1.         Pendidikan dalam rahim ibu hingga dilahirkan,:
2.         Pendidikan dalam pangkuan inu mulai dilahirkan hingga berumur 2 tahun;
3.         Pendidikan masa pertumbuhan balita ( di bawah lima tahun );
4.         tumbuhan belita ( dibawah lima tahun);
5.         Pendidikan di taman anak-anak, mulai usia 4 tahun hingga 6 tahun;
6.         Pendidikan di sekolah dasar selama enam tahun  ( usian 7-12 tahun);
7.         Pendidikan disekolah menengah pertama selama tiga tahun ( usia 12-15 tahun);
8.         Pendidikan di sekolah menengah umum selama tiga tahun ( usia 16- 18 tahun); dan
9.         Pendidikan di perguruan tinggi, mulai dari Diploma I,II,III, dan IV, sampai pendidikan strata I  (serjana, usia 19-24 tahun), strata 2 (magister), dan strata 3 (Doktor).[7]
Jadi, dari urai diatas bahwa Teori Tentang Pendidikan dan Peserta Didik Dalam Pengembangan Ilmu Pendidikan Islam harus melalu oleh peserta didik berkait dengan pengembangan potensi dan keterampilan peserta didik. Dengan demikian, seluruh pendidikan bertujuan memberikan bekal ilmu pengatahuan yang bersifat teori dan ketarampilan menerapkan teori dalam kehidupan
C.    Kebutuhan Peserta Didik
       Satu  hal yang  juga perlu mendapat perhatian pendidikan dalam membimbing peserta didiknya adalah kebutuhan mereka.
       Menurut Al-Qusy ( 1972 : 77 ), kebutuhan peserta didik itu secara umum dapat dibagi menjadi dua kebutuhan pokok.
1.    Kebutuhan jasmani
       Kebutuhan  jasmani seperti makan, minum, olah raga, dan sebagainya.
2.    Kebutuhan Rohani
                   Kebutuhan Rohani di bagi menjadi 6 sebagai berikut :
a.         Kebutuahan kasih sayang;
b.         Kebutuhan akan rasa aman;
c.         Kebutuhan akan rasa harga diri;
d.        Kebutuhab akan rasa bebas;
e.         Kebutuhan akan rasa sukses;
f.          Kebutuhan akan suatu kebutuhan pembimbing atau pengndalian diri manusia, seperti pengatahuan-pengatahuan lain yang pada diri setiap manusia.
       Selain beberapa kebutuhan sebagaimana disebutkan di atas terdapat kebutuhan yang paling esensi, yaitu kebutuhan pada agama. Agama dibutuhkan oleh manusia karena memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu tidak ada seorang pun yang tidak membutuhkan agama. Para ahli  tafsir  juga mempunyai  pendapat yang sama bahwa fitrah beragama adalah menjadi kebutuhan manusia. Jadi tidak heran jika ada yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang beragama ( homo religus )
       Kebutuhan-kebutuhan peserta didik tersebut harus menjadi perhatian yang serius dari pada pendidikan, sehingga peserta didik akan mencapai kematangan, baik secara fisik maupun psikis. Dalam hal ini, penekanannya adalah pemenuhan kebutuhan terhadap agama, karena ajaran agama yang sudah dihayati, diyakini, dan diamalkan oleh anak didik akan mewarnai i seluruh aspek kehidupannya. Oleh karena itu.  setiap pendidikan  yang  mengabaikan  kebutuhan terhadap agama ini hanya akan mampu meraih sebagian kecil dari kepribadiannya, atau bahkan usahanya akan sia-sia sama sekali, sebab pendidikan  yang tidak  memerhatikan kebutuhan tersebut tidak akan menjamah psikologi manusiawi  yang  terdalam [8]
          Jadi, kesimpulan  tentang  kebutuah  peserta didik yang  telah dibahas diatas bahwa semua dalam kebutuhan peserta didik tidak bisa terlepas dari konsep motivasi dorongan, konsep perilaku serta tujuan yang kebutuahn itu adalah sebagai suatu kekurangan di dalam seseatu kebutuhan manusia ataupun tumbuhan.
           
D.    Karakteristik Peserta Didik
       Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah:
1.             Peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar tidak boleh dilaksanakan dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya.
2.             Peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan individu, menurut Abraham Maslow, terdapat lima hierarki kebutuhan yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
a.         kebutuhan-kebutuhan tahap dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan
b.         metakebutuhan-metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainya. Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan lan yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Tuhan. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat dijelaskan dengan kelima hierarki
3.             Peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari factor endogen (fitrah) maupun eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang mempengaruhinya. Pesrta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa).
4.             Peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam pendidikan tidak hanya memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.
5.             Peserta didik mengikuti periode-periode perkembangan tertentu dalam mempunyai pola perkembangan serta tempo dan iramanya. Implikasi dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peseta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia dan priode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.[9]

     Jadi, penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan  secara  pemahaman saya tentang karakteristik peserta didik merupakan Sikap atau  pola pikir  masing-masing peserta didik dalam pembelajaran dan mampu menyelesaikan segala aktivitas atau kegiatan pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

















BAB III
PENUTUP
A.      Simpulan
Berdasarkan uraian tentang peserta didik dalam Peserta didik dalam pendidikan Islam  sebagai berikut.
Peserta didik adalah individu yang mengalami perkembangan dan perubahan, sehingga ia harus mendapatkan bimbingan dan arahan untuk membentuk sikap moral dan kepribadian, pendidikan hendaklah bertolak amar ma ruf dan nahi munkar dalam artian menjadi prinsip tauhid sebagai pusat penyebaran misi iman, Islam dan ihsan, dan kekuatan rohnian dan bernilai-nilai agama dan moral dan juga kita sebagai calon guru nanti harus dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangat penting bagi seorang pendidik mengatahui  karakteristik siswanya. Selain karakteristik yang perlu diperhatikan juga adalah kebutuhan peserta didik.
B.       Saran
Saran saya dan  juga saya sebagai  guru nantinya juga menyampaikan para peserta didik hendaknya tidak berhenti menuntut ilmu selagi masih mampu, sebab menuntut ilmu adalah  hal yang  mulian dan amalankanlah ilmu mu supaya bermanfaat untuk orang lain  karena ada hadist yang menyatakan  sampaikanlah  dariku walau hanya satu ayat (HR.Bukhari )






DAFTAR PUSTAKA

Heri Gunawan,2014, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, Bandung : PT Remaja Rosdakarta.
Hamdanah, 2017,Bunga Rampai  Ilmu Pendidikan Islam, Palangkaraya: Pustaka Banua.
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, 2010 Ilmu Pendidikan Islam ( Jilid II ), Bandung : Pustaka Setia.













[1] Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, Bandung : PT Remaja Rosdakarta,2014,hlm. 207-208
[2] Hamdanah, Bunga Rampai  Ilmu Pendidikan Islam, Palangkaraya: Pustaka Banua, 2017,hlm .41
[3]ibid, hlm. 43
[4] Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam ( Jilid II ), Bandung : Pustaka Setia, 2010, hlm. 133
[5] ibid,hlm.134
[6] ibid,hlm.135
[7]ibdt,hlm.136
[8] ibid, Heri Gunawan, hlm. 220


Tidak ada komentar:

Posting Komentar